Bagian 1
“Rend,.. “ Panggil Tanto, dalam sebuah ruangan mini didekat kamar gue. Sambil mengembalikan sebuah buku catatan tebal berwarna biru polos. Sewaktu itu sedang ada acara kumpul-kumpul dan teman-teman gue menginap dirumah.
“Kumpulan cerpen loe, keren banget. Live. Lucu juga loe.. Masa bikin cerpen pake nama kita-kita.”
“Kumpulan cerpen ??” Jawab gue bingung “Kapan gue pernah buat kumpulan cerpen?”
Gue ambil buku yang dikembalikan tanto yang diletakkan dimeja belajar gue bersampingan dengan rak buku dan gue lihat isi buku itu.
“Kampretttt,... Ini buku harian gue !!
“Loe masukin ke blog loe aja. Pasti seru, Ren,.. “ Seru Tanto, tanpa dosa. “ Cerita loe unik, coz loe pake nama loe sendiri dan yang lainnya pake nama teman-teman kita.”
“Ya,... Iyalahhhh... Itukan buku harian, PANJULLL !!”
“Yang penting isi-nya ada makna yang mau loe sampaikan, sob. Itu yang paling berharga” Tegas Tanto, tak berhenti bicara. “Gue saranin, masukin blog loe.. Supaya loe bisa share,..“
Cerita yang gue tulis, gue adobsi dari buku harian gue. Tentunya sudah banyak mengalami perubahan cerita asli dan pergantian nama. Karena jika diambil totalitas. Sama dengan cari perkara. Cerita yang direkomendasikan oleh sahabat gue. Dan didedikasikan untuk orang-orang yang senasib dengan gue. Cerita ini ditulis menjadi beberapa bagian. Dan ini adalah bagian pertamannya.
*****
“Brrr,.. “. Suara hp dimeja sebelah tempat tidur bergetar, sesaat sebelum gue tertidur. Saat itu gue sudah hampir tertidur di kasur gue yang nyaman. Suara musik klasik yang memainkan lagu-lagu symphoni dengan suara yang kecil dan lembut membuat aroma kamar gue lebih nyaman. Gue ambil hp dan gue buka isinya. Ternyata bbm dari temen gue. Sahabat lama mengirimkan pesan sebelum gue tidur. Yang isinya,..
TRUE LOVE STORY
Pada suatu hari Aristoteles bertanya pada Gurunya : "Apakah Cinta Sejati itu?"...
Guru: “Berjalanlah lurus di taman bunga yang luas, Petiklah 1 bunga yang terindah menurutmu, Dan jangan pernah berbalik ke belakang!”
Kemudian Aristoteles melaksanakannya dan kembali dengan tangan hampa..
Guru: “Mana bunganya?”
Aristoteles menjawab: “ Aku tidak bisa mendapatkannya, sebenarnya aku telah menemukannya, tapi aku berfikir, di depan ada yg LEBIH bagus lagi.. Ketika aku telah sampai di ujung taman, Aku baru sadar bahwa yang aku temui pertama tadi adalah yang terbaik, tapi aku tidak bisa kembali lagi ke belakang...”
Guru: “Seperti itulah Cinta Sejati, semakin kau mencari yang terbaik, maka kau tak akan pernah menemukannya.. Jangan pernah sia-siakan cinta yang pernah tumbuh di hatimu.. Karena waktu tak akan pernah berputar dan kembali.. “
Jangan sia-siakan waktumu, jika kamu benar-benar mencintai seseorang..
Love is special.. Love is pure.. Don't say love if you are not ready.. Love is for anyone to someone and if you want.... to last forever.... you should.
*****
Nama gue, Rendhy Rindra Wardhana.
Rabu pagi, terlihat tanggung dimana kerjaan menumpuk dan jauh dari week end. Suatu hari yang suram. Pagi ini gue banyak melihat wajah-wajah yang berseri-seri dan ada pula yang bermalas-malasan, dengan muka memperlihatkan gaya merenungi nasib.
Begitu juga dengan gue, terlihat tersenyum berharap fela akan datang dan menunggu diperon seperti biasa. “Tunggulah sayang,.. Sebentar lagi , abang akan datang”, pikir gue.
Seperti biasa gue selalu menunggu, dibelakang antrian, saat fela datang dan berdiri di antrian untuk menunggu kereta. Dengan akting pura-pura tidak sengaja ketemu, kemudian gue menyapa dia. Ini adalah tips dan trik buaya profesional dalam mencari mangsa. Karena akting merupakan salah satu syarat untuk menjadi playboy. Karena itu playboy selalu berbakat untuk menjadi artis, menjadikan akting sebagai bagian hidupnya.
“Hai, fela.. Lagi sendiri aja.. ”. Sapa gue dengan percaya diri. “Iya, dunk.. Gue still yakin, loe pasti suka ma gue. Kata emak gue, gue ganteng kok.. ”.
“Hai, Rendhy.. “. Dia menghadap gue dan memandang gue kemudian tersenyum.
Lagu backsound smash mulai mengiringi, “kenapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu, selalu peluh pun menetes setiap dekat kamu, kenapa salah tingkah tiap kau tatap aku, selalu diriku malu tiap kau puji aku,... “. Indahnya dunia saat itu.
Fela itu teman lama gue. Saat dulu gue kesasar di stasiun palmerah, sewaktu zaman SMA. Saat itu perkelanan gue dengannya. Tapi pada waktu SMA, gue sudah mempunyai wanita yang paling gue sayang. Jadi kita cuma berteman. Tanpa terduga, setelah bertahun-tahun gue bertemu dia. Dari zaman SMU, dan sekarang kita sudah kerja.
Dia terlihat lebih cantik dari zaman SMU dulu. Membuat hati gue ketar-ketir. Fela memiliki karakteristik pendiam tapi senyumnya indah dipandang berjam-jam. Mata yang menarik perhatian, memiliki kulit putih mulus. Berbody gitar spanyol menarik, bukan seperti gitar pengamen metro mini jakarta jurusan kampung rambutan, karena bagian bawahnya alias pinggang kebawah,.. “LEBAR !!”. Sedangkan dia justru terlihat ramping menarik.
“Kamu nanti ada meeting ya ?”.
“Iya.” Jawab Fela, ditambah senyumnya yang terurai lembut dan hangat membuat seluruh stasiun sudimara bergoyang. “Kok, kamu tau ?”
“Iya, kamu kelihatan cantik.. “. Inilah rayuan ular kobra. Yang racunnya bisa bikin hati wanita klepek-klepek. Tapi lumayan ampuh membuat dia tersenyum dan tertawa. Tak apalah, gombal sedikit, yang penting fela suka.
Fela bukan tipikal wanita-wanita cerewet yang tukang rumpie. Dia wanita anggun, terlihat dewasa, mempesona, dan pakaian yang digunakan memperlihatkan tingkat intelektualnya. Memiliki senyum yang menawan, lumayan untuk merontokan hati gue dan membuat satu peron kereta bergetar. Mungkin lebih mudahnya, fela lebih mirip dengan Nana Mirdad. Cantikkan ??
Tak lama kemudian, kereta pun datang. Kita pun masuk kereta dengan gerbong yang sama. Kami tidak mendapatkan tempat duduk. Sehingga terpaksa berdiri. Kita pun berdiri bersebelahan. Seperti biasa buaya bermuka dua pun mulai beraksi. Gue bergerak kearah samping dan berdempetan dengan Fela.
“Rendhy, kereta-nya penuh ya ??”
“Enggak”. Jawab gue. Keretanya memang terlihat lenggang. Tidak seperti biasa yang penuh sesak. Dan gue berbisik, “Ada bapak-bapak disebelah aku, bau bangkai.. Dia berangkat ke kantor ga mandi. Bau-nya ampun-ampun”.
“Oh, gitu.. “Jawab fela penuh dengan kepasrahan.
Kemudian, tidak hanya sampai disini perjuangan gue. Bapak yang bau bangkai tadi sepertinya tidak dapat pegangan kereta. Dengan akal yang cerdik, gue sengaja melepas pegangan kereta yang gue pegang, tentunya si bapak tadi langsung mengambil alih pegangan gue.
Begini idenya, gue tidak dapat pegangan kereta, kemudian meraih pegangan keretanya fela. Setelah fela melihat gue tidak dapat pegangan kereta, fela memperbolehkan gue pegangan di pegangan keretanya. Romantis banget, karena kita hampir pegangan tangan.
“Hahaha... “. Hati ku tertawa. Ternyata formula yang gue dapat dari temen gue, “sukses”. Mungkin kalau tidak dengan cara ini, tidak bisa dekat-dekat dengan fela.
Seperti biasa kami mengobrol sepanjang jalan. Belajar dari pengalaman playboy-playboy profesional, kalau lagi pedekate dengan wanita, katanya harus mampu membuat wanita itu tertawa. Tidak hanya itu, penuh dengan trik rayuan gombal tapi itu yang wanita suka. Dengan persiapan matang, tentunya gue mampu membuat fela nyaman.
Sampai pada akhirnya semua menjadi berantakan. Seseorang yang melewati kami, dan kemudian orang itu berdiri disebelah gue, menggantikan posisi si bapak yang bau bangkai tadi. Dan gue melihat wanita itu dan,...
Kemudian lagu backsound pun berganti menjadi “Ku lihat sang pujaan hati, Datang melangkah terus menghampiri, Aku bergetar di sentuh dia, Mataku terbang sampai ke langit, Tubuhnya pun indah ku pandangi, Putih mulus dan seksi, Tak jauh seperti sang bidadari, Kan ku peluk dia sampai mati, Rambutnya pun indah bagai putri, Mirip iklan di TV”. (ST12 – Putri Iklan).
Disebelah gue ada,... “Aura Kasih”. Maksudnya wanita yang berdiri disebelah gue mirip seperti Aura Kasih. Orang arab sering bilang, “Pulus,.. Alias Putih mulusss... “.
Entah kenapa? Wanita yang ada disebelah gue terlihat lebih menarik dimata gue. Padahal perjuangan gue dengan fela sudah berlangsung selama 3 bulan. Fela begitu menarik dimata gue. Tapi entah kenapa, seakan menghilang dari mata gue.
Dimana ketertarikan gue, saat gue pertama kali melihat dia. Seakan senyum itu menghilang. Luntur dari hati gue.
*****
Jam 5, teng !! Distasiun kereta api ditanah abang. Hari itu gue pulang setengah hari, meeting dengan client, selesai jam 3 sore. Kantor gue disudirman, kalau gue ke kantor pasti sampai disana jam pulang kantor. Jadi gue memilih untuk langsung pulang. Alasan klasik untuk bos gue, macet total ditanah abang, jadi terpaksa gue harus berhenti distasiun kereta.
Distasiun, gue biasanya melewati semua peron untuk mencari antrian yang paling sepi. Agar gue bisa rebutan duduk dikereta. Peron dibawah tangga, biasanya lebih sepi dari peron-peron lainnya. Stasiun tanah abang memiliki dua tingkat, dimana lantai dua digunakan untuk tempat membeli karcis dan lounge untuk sekedar jajan dan menghilangkan haus. Dan lantai dasar adalah peron tempat untuk menunggu kereta yang akan datang.
Dibawah tangga, diperon 6 tepatnya. Gue melihat gadis yang sepertinya pernah gue kenal. Tak asing, dimata gue. Cantik,.. Biasalah klo ada yang bening-bening dikit.
Rasa penasaran gue, memaksa gue untuk mencoba melihat dengan jelas pemilik muka itu. Pelan-pelan gue mulai mendekati dia. Intip-intip muka orangnya. Jangan sampai sudah dicolek, salah orang. Bisa bubar.
“Eh,.. Loe fela ya.. ??” Sapa dan tanya gue.
“Eh,.. Loe fela ya.. ??”
“Eh,.. Loe fela ya.. ??”
“Kampret ne, cewe.. Dia kaga lihat !!”
Gue colek pergelangan tangannya. “Eh,.. Loe fela ya.. ??”.
“Eh,.. “ Dia sedikit terkejut. “Loe,.. ???”
“Gue Rendhy,.. “ Jawab gue mengingatkan. “ Gue, Rendhy Rindra Wardhana. Inget gue ga ?? Yang kita ketemu dulu dipalmerah waktu SMU dulu.”
Pikir gue dalam hati “Sekalian aja gue sebutin nama lengkap gue. Syukur-syukur loe inget, Fel.. “
“Rendhy, yang mana yah ??”
“Busyettt deeehhh ne, cewe !!” Protes gue dalam hati.
“Rendhy, yang dulu kesasar distasiun palmerah, udah gitu salah beli karcis. Inget ga??” Gue menjelaskan. “Fela, Fela, masa se, gue musti sebutin aib gue satu persatu, biar loe ingat. Jangan sampai gue jitak, pinter loe, Fel” Pikir gue.
Fela masih mencoba untuk mengingat.
“Sampai loe kaga inget, gue jitak loe, Fel. Jangan-jangan gue salah orang?” Gue mulai salah tingkah.
“Oh,.. Rendhy yang waktu itu, didalam kereta dimarahin ma kondektur, gara-gara salah beli karcis kan??”
“Iya, bener. Rendhy yang itu” Jawab gue lega. “Sialan.. Kenapa yang dia inget yang jeleknya.” Protes gue dalam hati.
“Fela sudah lama disini?”
“Udah dari tadi. Kalau Rendhy ?”
“Udah 3 jam berdiri disini kayak patung bali, nyolek-nyolek orang, mana dilihatin banyak orang, yang dicolek enggak denger. Ampun deh, malu-malu’in aja.” Ingin gue ucapkan tapi tertahan dalam mulut.
“Enggak, aku baru datang” Jawab gue “Tadi enggak sengaja lihat Fela disini. Terus nyapa dulu deh. Mau pergi ke ujung peron, tapinya sudah penuh. Jadi disini aja.” Padahal niatnya memang ingin bareng dengan Fela.
Dia tersenyum. Dan gue sadari senyum itu,.. Senyum itu,..
Backsound pun, mulai berdendang,.. “Wajahmu terindah, Satu yang sempurna, Indahnya dunia, Ketika kau ada, Di wajahmu.. Di senyummu.. Membuatku s’lalu membayangkanmu, Di hatimu.. Cantik dirimu.. Kaulah dewiku.. Wajahmu mengalihkan duniaku” (Alexa –Wajahmu mengalihkan dunia ku).
Akhirnya kereta pun tiba diperon 6, bersiap untuk menaikan penumpang dan mengantarnya sampai tujuan selanjutnya.
Biasanya para penumpang kereta pun berebut untuk masuk dalam gerbong kereta api untuk berebut tempat duduk. Disini tidak ada peranan gender, antara laki-laki, perempuan ataupun banci. Semua berebut, dan pemenangnya, yang dapat duduk.
“Yah, enggak dapat tempat duduk” Keluh Fela. Dia pun juga ikut berebut tempat duduk dengan penumpang lainnya. Dan tidak kebagian tempat duduk, sehingga terpaksa dia berdiri disudut gerbong bersama gue.
“Iya, aku juga enggak dapat duduk.” Jawab gue.
“Jelas aja, loe enggak akan dapat tempat duduk. Wong, saat loe rebutan tempat duduk, tas loe, gue pegang supaya loe enggak bisa jalan, untung enggak ada yang lihat, bisa dikira copet gue. Jadi kan gue bisa bareng ma Fela..” Piktor alias pikiran kotor gue, memulai.
Mulai saat itulah, gue dengan vela menjadi dekat. Kita kadang jalan bareng. Gue merasa nyaman, gue rasa dia pun juga begitu. Gue suka bercanda, melawak dan dia suka mendengar dan tertawa. Everything looking fine.
*****
Setelah saat itu dia mungkin menyadari apa yang terjadi dengan perasaan dan pandangan gue saat itu. Dan saat itu adalah saat terakhir gue melihat Fela dikereta. Gue tidak pernah ketemu dia diperon manapun. Pada saat pergi ke kantor ataupun pulang.
Fela dan gue bertemu kembali, satu setengah tahun kemudian. Saat dia akan mengantarkan undangan pernikahannya. Dia sudah dapat orang yang tepat untuk dicintainya. Dimana orang itu menjadikan satu lagu dalam satu cintanya. Yang mampu menghargai cintanya tanpa melirik siapapun. Sedangkan gue,.. ??
Gue di ibaratkan seperti gembok. Gembok yang terkunci mati. Karena satu cinta selama hampir delapan tahun, yang gue perjuangkan, merubah seluruh hidup gue. Satu cinta yang gagal gue pertahankan dan mengunci seluruh hati gue.
Gue butuh kunci, yang mampu membuka pintu hati gue. Untuk itu gue mencoba setiap kunci-kunci yang ada. Yang mampu membuka dan cocok pada gemboknya. Tapi nantinya akan ada satu kunci yang cocok, yang akan membuka hati gue kembali. Karena gue juga tahu, gue enggak mungkin jadi perjaka seumur hidup. Tanpa gue memperhatikan perasaan Fela, mungkin dengan cara yang menyakitkan buat Fela, dia menemukan cinta sejatinya.
Nantinya pun, gue cuma berharap akan ada satu wanita dalam hidup gue. Cuma butuh satu wanita yang mampu mengisi sisa waktu gue. Wanita yang tangguh, menerima gue apa adanya dan dapat dibanggakan.
Mungkin gue seorang bajingan, tapi gue janji. Kalau gue menemukan cinta gue. Gue enggak akan pernah buat dia kecewa. Dan dia, akan gue jadikan satu-satunya wanita yang akan gue bawa ke surga.
Biasa,.. Backsound,“Kau satu terkasih, Kulihat di sinar matamu, Tersimpan kekayaan batinmu,... Di dalam senyummu, Kudengar bahasa kalbumu, Mengalun bening menggetarkan,...
Kini dirimu yang selalu, Bertahta di benakku, Dan aku kan mengiringi, Bersama di setiap langkahmu
Percayalah, Hanya diriku yang paling mengerti, Kegelisahan jiwamu kasih, Dan arti kata kecewamu
Kasih yakinlah, Hanya aku yang paling memahami, Besar arti kejujuran diri, Indah sanubarimu kasih, Percayalah,.. “ (Titi DJ - Bahasa Kalbu)
Demi menghargai perasaannya, gue datang ke pernikahan Fela, sendiri.. !! Karena memang gue juga, sedang jomblo juga se,..
Dan kata-kata terakhir Fela, yang masih terkenang sampai saat ini, sewaktu gue bersalaman dengannya untuk yang terakhir kalinya.
“Kamu kesini, enggak nyasarkan, rend??”
*****
Bersambung,...